Senin, 16 Februari 2015

Lima Misteri Dunia yang Indonesia Disebut-sebut di Dalamnya

Lima Misteri Dunia yang Indonesia Disebut-sebut di Dalamnya

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia masih penuh dengan misteri. Ada beberapa hal yang belum dapat diungkapkan penjelasannya oleh manusia, baik karena keterbatasan pengetahuan dan waktu meneliti, maupun memang sudah menjadi rahasia Ilahi.

1. Michael Rockefeller


Keluarga Rockefeller adalah salah satu keluarga kaya di Amerika Serikat yang tidak hanya masuk ke dunia industri, tapi juga politik dan perbankan. Keluarga ini dianggap kaya raya di akhir tahun 1800-an dan awal 1900-an ketika minyak bumi mereka mencapai booming di bawah bendera perusahaan Standard Oil, walau pada tahun 1911 pengadilan Amerika Serikat memenangkan gugatan Theodore Roosevelt (presiden Amerika Serikat saat itu) atas tuduhan praktik monopoli illegal. Perusahaan minyak Exxon, Mobil dan Chevron keuntungannya mengalir ke keluarga Rockefeller. Keluarga ini dikenal juga memiliki Chase Manhattan Bank yang sekarang menjadi bagian dari JP Morgan Chase.

Michael Clark Rockefeller merupakan generasi ke-empat keluarga Rockefeller. Dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1938, anak bungsu dari 5 bersaudara ini meraih gelar cum laude dari Universitas Harvard untuk bidang sejarah dan ekonomi. Michael juga dikenal suka dengan dunia arkeologi, dia suka mengumpulkan artefak-artefak kuno dari beberapa penjuru dunia. Setelah mengabdi pada negara dengan menjadi prajurit selama 6 bulan, Michael bekerja untuk Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody di tahun 1961. Pada tanggal 17 Nopember 1961, Michael yang saat itu berusia 23 tahun, bersama seorang antropolog asal Belanda bernama René Wassing menaiki perahu sepanjang 12 meter yang akhirnya terbalik karena hujan badai sekitar 5 km dari tepi pantai Papua.

Terapung-apung selama beberapa waktu, pagi hari di 19 November 1961, Michael mengatakan pada René “I think I can make it,” lalu berenang ke tepian. Saat itu jarak antara mereka dan tepi pantai sekitar 19 kilometer. René diselamatkan pada hari berikutnya, sementara Michael tidak ditemukan di mana pun. Dugaan sementara Michael kepanasan, kelelahan lalu tenggelam.

Hilangnya Michael membuat sang ayah, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur New York, menyewa Boeing 707 dan terbang bersama tentara untuk mencari Michael. Setelah 10 hari pencarian yang melelahkan, akhirnya perburuan dihentikan. Pada tahun 1968, seorang editor majalah New York, Milt Machlin, terbang ke Papua dan bertemu dengan seorang pensiunan tentara Belanda dan misionaris, Cornelius Van Kessel yang menyatakan bahwa seminggu setelah pencarian Michael, muncul desas desus Michael ditangkap, dibunuh, dan dimakan oleh suku Asmat sebagai balas dendam atas serangan polisi kulit putih beberapa tahun sebelumnya. Kembali ke New York dengan rasa percaya tidak percaya, Machlin mengirim fotografernya, Malcolm Kirk untuk kembali ke Papua.

Hasil rekaman Kirk memuat seorang kulit putih berjanggut sedang menaiki kano bersama suku Asmat lainnya. Tapi rekaman itu disimpan oleh Machlin dan baru terungkap 40 tahun kemudian oleh Fraser Heston. Mungkinkah itu adalah Michael? Atau hanya warga setempat yang albino? Masih menjadi pertanyaan.

2. Atlantis


Atlantis merupakan pulau legenda yang disebutkan oleh Plato pada dialognya Timaeus dan Criticias yang ditullis sekitar 360 SM. Atlantis digambarkan oleh Plato sebagai negara besar dengan peradaban maju, yang tiba-tiba hancur dan tenggelam karena mengalami gempa bumi akibat letusan beberapa gunung berapi secara bersamaan serta banjir dalam waktu semalam, ketika akan melancarkan perang besar dengan Athena.

Plato mengisahkan, pada jamannya, Atlantis merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lain. Berbagai hipotesis lokasi sudah bermunculan, konon Atlantis dulu ada di daerah Yunani, Spanyol, Timur Tengah, Amerika Selatan, hingga Kutub Utara.

Pada tahun 2005, Prof. Arysio Nunes dos Santos, seorang atlantolog, geolog, dan fisikawan nuklir asal Brazil, mengungkapkan hasil risetnya selama 30 tahun dalam buku “Atlantis : The Lost Continent Finally Found” bahwa Atlantis terletak di wilayah yang sekarang bernama Indonesia. Santos mengatakan bahwa pada masa lalu Atlantis terbentang mulai dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah Timur dengan Indonesia sebagai pusatnya. Hal tersebut diungkapkannya setelah membandingkan 33 keadaan seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani.

Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan apa yang disebutkan oleh Plato, mulai dari sistem terarisasi sawah yang diadopsi Piramida di Mesir dan bangunan kuno Aztec di Meksiko, jumlah rantai gunung berapi di Indonesia yang meletus secara bersamaan menyebabkan Indonesia yang awalnya menyatu menjadi terpisah-pisah, hingga kemungkinan sistem kanalisasi penyaluran semburan lumpur panas di masa lalu yang belakangan menyembur di Porong, Sidoarjo.

3. Madagaskar
Penduduk Madagaskar diyakini merupakan pendatang. Beberapa ahli meyakini bahwa orang Indonesia yang pertama kali mendiami pulau tersebut sekitar 2000 tahun yang lalu. Beberapa ahli lainnya meyakini bahwa penduduk Madagaskar adalah campuran antara orang Indonesia dan Afrika yang tiba pada masa lebih modern. Pada tanggal 21 Maret 2012, jurnal Proceedings of the Royal Society B menyimpulkan bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia.


Penduduk Madagaskar di tahun 1900-an (ourpacificocean.com)

Murray Cox, seorang ilmuwan asal Massey University di Selandia Baru, melakukan analisis DNA 2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 kepulauan serta 266 etnis Malagasi (penduduk Madagaskar), terdiri dari Mikea, Vezo, dan Andriana Merina. Hasilnya 22% sampel punya pola DNA Polinesia yang jarang ditemukan di Indonesia bagian barat, dan di salah satu suku Malagasi karakter ini ditemukan pada 1 dari 2 orang. Para peneliti juga menemukan bahwa pada awalnya, sekitar 1200 tahun yang lalu, Madagaskar didiami sekitar 30 orang perempuan yang 93%-nya adalah orang Indonesia dan 7%-nya adalah orang Afrika.

Jumlah pria belum dapat dipastikan, tapi mereka meyakini hanya sedikit sekali. Yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya orang Indonesia saat itu bermigrasi ke Madagaskar, yang jika dihitung jaraknya sekitar 8000 km jauhnya? Dan apakah yang menyebabkan mereka bermigrasi ke Madagaskar? Masih menjadi misteri.

4. Bahtera Nabi Nuh
Tahun 1949, Angkatan Udara Amerika Serikat menemukan benda mirip kapal di atas gunung Ararat, Turki, dari ketinggian 14.000 kaki (4.600 m). Penampakan benda mirip kapal dengan panjang sekitar 150 meter juga ditemukan oleh pesawat tentara nasional Turki pada tahun 1960.


Bahtera Nabi Nuh di Gunung Ararat, Turki (arkdiscovery.com)

Penemuan benda ini diyakini sebagai lokasi berlabuhnya kapal nabi Nuh setelah peristiwa banjir besar hukuman dari Tuhan. Akhirnya pada tahun 2010, peneliti arkeolog-antropologi dari dua Negara yaitu Cina dan Turki yang beranggotakan 15 orang, menemukan bukti baru. Mereka mengumpulkan serpihan kayu kapal, tambang, dan paku. Hasil laboratorium menunjukan bahwa fosil kayu kapal nabi Nuh berasal dari kayu jati berusia 4.800 tahun yang ada di Jawa. Mereka memastikan bahwa fosil kayu jati tersebut berasal dari Jawa Timur atau Jawa Tengah, walau pada akhirnya penemuan ini dianggap hoax.

5. Tjipetir
Musim panas 2012, Tracey Williams, seorang warga Negara Inggris, menemukan balok karet bertuliskan Tjipetir di pantai Newquay. Seminggu kemudian, dia menemukan lagi benda yang sama di bagian pantai yang lain. Penasaran, dia menyelidikinya secara amatir. Hasil sementara, balok-balok karet dari getah perca tersebut berasal dari kapal yang tenggelam ketika Perang Dunia I atau Titanic.


Tracey Williams dan balok getah perca Tjipetir (bbc.com)

Tracey lalu mengunggahnya di Facebook. Hasilnya dia mendapat laporan penemuan benda yang sama diantaranya dari Wales, Shetland, Kep. Channel, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, hingga Denmark. Dua orang yang enggan menyebutkan namanya, meneleponnya dan memberitahu bahwa balok-balok karet tersebut berasal dari kapal Jepang bernama Miyazaki Maru.

Miyazaki Maru tenggelam karena di bom kapal selam Jerman U-88 yang dinahkodai Walther Schwieger. Tjipetir kemudian diketahui merupakan nama sebuah pabrik dan perkebunan karet di Sukabumi. Kini pabrik tersebut masih menghasilkan walau tidak sejaya dulu karena karet getah perca kalah pamor dari karet sintetis dan plastik, dan nama pabriknya sedikit berubah menjadi Cipetir. Getah perca sendiri merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai instalasi kabel dasar laut, pelapis luar bola golf, campuran gips untuk pembalut tulang, dan bisa digunakan untuk perawatan gigi serta pembuatan gigi palsu.

Sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah anda suka tampilan blog ini ?

Popular Posts

Featured Posts

Logo